Selasa, 19 Januari 2016

Ia dan Pria Singa

Di sebelah pria singa berkacamata
Rambutnya tergelung manis
Bersepatu kulit biru tua
Duduk melipat kaki yang jenjang

Hari ini engkau sumpah berbeda
Warna kukumu hitam mutiara
Putih pundakmu lebih bercahaya
Duh tenggelamku dalam kesilauanya

Di warung kelas atas yang pengap
Bertaburan mereka yang juga mirip
Tapi entah ada makna apa
Hadirmu menjadi mahkota tiada dua

Masih kuingat di Januari yang lalu
Hari biru cerah berubah menjadi kelabu
Karena engkau ada di trotoar berdebu
Termenung sepi berpandang abu-abu



Tapi apalah daya
Rasa ku tak jua berani menyapa
Bukan karena suatu apa
Ini soal diriku yang minim benda

Berbeda kini bagiku untukmu
Siang di Oktober menjadi penanda
Bersiap jasmani dan rasa tuk bertegur sapa
Namun sayang engkau tlah berdua

Sedih kutepis dengan banyak daya
Bahagiamu semoga awet sentosa
Tapi mengapa dan bagaimana bisa
Tanya ku untuk ia si pria singa ?

Sayang sungguh dia itu binatang
Yang amat tak pantas untuk kau pandang

-Jakarta Raya-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari saling bercakap tentang rutinitas semesta milik kita