Di sebelah pria singa berkacamata
Rambutnya tergelung manis
Bersepatu kulit biru tua
Duduk melipat kaki yang jenjang
Hari ini engkau sumpah berbeda
Warna kukumu hitam mutiara
Putih pundakmu lebih bercahaya
Duh tenggelamku dalam kesilauanya
Di warung kelas atas yang pengap
Bertaburan mereka yang juga mirip
Tapi entah ada makna apa
Hadirmu menjadi mahkota tiada dua
Masih kuingat di Januari yang lalu
Hari biru cerah berubah menjadi kelabu
Karena engkau ada di trotoar berdebu
Termenung sepi berpandang abu-abu
Tapi apalah daya
Rasa ku tak jua berani menyapa
Bukan karena suatu apa
Ini soal diriku yang minim benda
Berbeda kini bagiku untukmu
Siang di Oktober menjadi penanda
Bersiap jasmani dan rasa tuk bertegur sapa
Namun sayang engkau tlah berdua
Sedih kutepis dengan banyak daya
Bahagiamu semoga awet sentosa
Tapi mengapa dan bagaimana bisa
Tanya ku untuk ia si pria singa ?
Sayang sungguh dia itu binatang
Yang amat tak pantas untuk kau pandang
-Jakarta Raya-
Rambutnya tergelung manis
Bersepatu kulit biru tua
Duduk melipat kaki yang jenjang
Hari ini engkau sumpah berbeda
Warna kukumu hitam mutiara
Putih pundakmu lebih bercahaya
Duh tenggelamku dalam kesilauanya
Di warung kelas atas yang pengap
Bertaburan mereka yang juga mirip
Tapi entah ada makna apa
Hadirmu menjadi mahkota tiada dua
Masih kuingat di Januari yang lalu
Hari biru cerah berubah menjadi kelabu
Karena engkau ada di trotoar berdebu
Termenung sepi berpandang abu-abu
Tapi apalah daya
Rasa ku tak jua berani menyapa
Bukan karena suatu apa
Ini soal diriku yang minim benda
Berbeda kini bagiku untukmu
Siang di Oktober menjadi penanda
Bersiap jasmani dan rasa tuk bertegur sapa
Namun sayang engkau tlah berdua
Sedih kutepis dengan banyak daya
Bahagiamu semoga awet sentosa
Tapi mengapa dan bagaimana bisa
Tanya ku untuk ia si pria singa ?
Sayang sungguh dia itu binatang
Yang amat tak pantas untuk kau pandang
-Jakarta Raya-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari saling bercakap tentang rutinitas semesta milik kita