Jumat, 30 September 2016

Sunyi


Agaknya,
tak sengaja membuat seseorang terjerembab dalam sunyi dan sendiri.
Telah membuatnya melampaui apa yang amat ditakuti ; mati.

.
.

Sokaraja
Juli 2016


---------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Kamis, 29 September 2016

Mati Di Dalam

Serpihan petualangan tertinggal di kedalaman malam.
Potongan doa-doa ku tersisa di antara bintang-bintang.
Jejak senyuman mu abadi di hitamnya keheningan.
Detik yang terus berjalan, menjauhi diri.
Menjadikan waktu yang berusaha disimpan
kini tak lagi berarti
Bergururan seperti wangi kamboja di kumpulan pusara manusia

Begitulah kesendirian dalam kemerdekaan
Ramai kelihatan,
mati kerontang di dalam.

.
.
Sokaraja
Juli 2016



-----------------

Tebas Menelan

Dedaunan cerah itu tak lagi berguguran
Bunga di akhir pagi kehilangan mekarnya
Dulu, sekedar lebah hitam sudah untung
hendak singgah di tepian beranda.
Esok, setinggal debu dan tanah merah kusam jadi wajah di depan muka.

Rumput hijau ungu tipis memayungi kerikil abu dibabat habis
disantap dengan rakus
Tebasan tangan tak kenal menanam merenggutnya tanpa permisi
tanpa pernah mencari tahu
bagaimana ia ada
melengkapi gagasan
saat senja menutup pintu.

Disampingnya gelaran bambu lenyap tak bersisa
Tercerabut dari akarnya
Lunas menyisakan lubang menganga
Empat sisi penopang tawa hilang dari tanahnya

Belum jelaskah kini kenyataan menampar ketampanan dan kecantikan ragamu itu,
'Mereka yang tak tahu menanam,
Adalah mereka yang paling rakus menelan'
Melihat demikian, masihkah kau diam ?

.
.
Purwokerto
Juni 2016
Nb : tanaman depan sekre selatan seenaknya saja di tebang !

---------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Rabu, 28 September 2016

Jakarta Pagi




Ada yang keliru saat Jakarta tak bersorak
Ada yang salah saat Jakarta tak angkuh
Ada yang marah saat Jakarta tak gemerlap

Ada yang...
sedikit tersenyum saat Jakarta tidur
Kau,
jalanan.
.
.
Jakarta
Juli 2016

---------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.


Belenggu Tafsiran



Ia hebat, itu yang kau tahu
semalaman ia sepi, itu kau tak tahu.
Ia kuat, itu yang kau tahu
saat siang ia ditelan sepi, itu kau tak tahu.
Ia dermawan, itu yang kau tahu
saat pagi ia hitung sepi yang akan datang,
itu kau tak tahu

Hebat itu tafsiran
Kuat itu tafsiran
Dermawan itu tafsiran
Tafsiran itu tafsiran
Tiap mu adalah tafsiran
Tiap ku adalah tafsiran
Sujud adalah tafsiran
Sembahyang adalah tafsiran

Ingat kawan
Jangan berkata macam-macam
Tafsiranmu bukan paling benar
.
.
.
Sokaraja
Agustus 2016


----------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Bulan agustus




Aku selalu iri melihat agustus yang gempita
merah berwarna
putih yang mulia

Tapi, bersama itu pula aku heran
aku melihat bulan-bulan dibelakang 
tak ikut banjir gembira.
Lantas aku bertanya, "Kenapa ?"

Mereka terkekeh, 
katanya,
"Lihat saja, 
toh setelah agustus sampai pada akhirnya, ia akan dilupa. 
Merdeka tinggal semboyan. 
Merdeka ditinggalkan di kuburan."
.
.
.
Sokaraja
Agustus 2016

----------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Jumat, 16 September 2016

Koma


Diseputaran hidupmu yang tegar itu
Agaknya diriku sekedar tanda koma ;
Memberi tekanan ala kadarnya
Menghentikan secukupnya
Tempat bersandar sementara

Untuk pergi kepada kata penyusun berikutnya.
.
.
.
Sokaraja
Mei 2016

---------
Semoga puisi ini mampu menyuguhkan makna, 
apapun wujudnya, bagaimanapun ceritanya

Maturnuwun..

Kamis, 15 September 2016

Petik




Sesekali
Saat sepi melingkari
Aku ambil potongan senyummu di hari kemarin seperlunya.

Senyuman yang entah bagaimana
Membubuhi dirinya sendiri dengan tanda petik

Dan aku heran
Meski tak pernah kutandatangani satu suratpun di mejaku, aku selalu setujui
Tak ku tolak barang sekalipun saat ia masih ada

Berkali-kali senyuman itu kuambil seperlunya
Berkali-kali pula ia tumbuh kembali
Menyirami dirinya sendiri seperti enggan mati
Entah tenaga darimana
Sejauh ini hanya ingatan ku yang tak putus ditelan polusi angkasa

Dengan senyuman itu,
dalam hidupku terselip kata dengan kehadiran yang beda
Dengan tanda petik,
kata itu dipeluk ;
Menjadikanya ada,
abadi dalam ingatan tentang ketiadaan.
.
.

Sokaraja
Juni 2016


---------
Semoga puisi ini mampu menyuguhkan makna, 
apapun wujudnya, bagaimanapun ceritanya

Maturnuwun..

Seru

Ini adalah pertempuran perebutan Shinta
Dalamnya Rahwana memendam keanggunannya
Gusarnya Rama kehilangan belahan jiwa ;
Penuh tanda seru

Ini adalah kekeliruan Calwanarang
Ketakutan Airlangga akan sihir terlarang
Sabarnya Mpu Barada tanpa perang ;
Dikelilingi tanda seru

Ini adalah Ken Dedes yang begitu mempesona
Kuatnya getaran Ken Arok mendambanya
Takluknya Tunggul Ametung oleh ampuh rencana ;
Pun tanda seru disembur beribu-ribu

Ini adalah semesta pangkuan ibu ;
dimana mimpi ditahan waktu,
dimana rindu ditahan jarak kelabu,
dimana hidupmu,
selintas jadi seru di hidupku
.
.
Sokaraja
Mei 2016


-----------
Semoga puisi ini mampu menyuguhkan makna, 
apapun wujudnya, bagaimanapun ceritanya

Maturnuwun..

Tanya


Dan akan tiba semua pada tanda tanya ;
Tentang lembah di antara dua jiwa
Tentang awan di antara cakrawala
Tentang Tuhan di antara agama

Dan menyeru di akhir kalimat utuh ;
seperti biasa,
tak pernah ada jawabnya
tanya berakhir tanya
seterusnya
selamanya
sampai entah henti di mana.
.
.
Sokaraja
29 2016
.

Semoga puisi ini mampu menyuguhkan makna, 
apapun wujudnya, bagaimanapun ceritanya

Maturnuwun..

Kamis, 08 September 2016

Titik



Nyanyian tiba dari pinggiran hutan
Melodinya diperhalus deburan angin pantai
Ditabuh gemuruh kabut pegunungan
Ditiup lengkingan jangkrik sawah malam hari

Seharian bumi manusia berputar
Untuk kembali lagi ke pintu
menanggalkan sepasang sepatu
menyeru salam kepadamu
sesekali dihiasi kelu
bagai kata bertemu titik ;
kaku
pilu
gugur

Lalu esok harinya
setelah selesai dengan ranjang
berputar kembali seperti biasa
tak ada rima, tak ada diksi , tak ada jeda
tak seperti puisi
hadirnya dinanti
perginya ditangisi.
.
.
.
Sokaraja,
Mei 2016

----------
Semoga puisi ini mampu menyuguhkan makna, 
apapun wujudnya, bagaimanapun ceritanya
Maturnuwun..

Garis




Sekawanan air tumpah oleh gravitasi
Terjun menyapa bebatuan di kedalaman jurang
Sekali lagi alam menafsirkan hidup manusia sejujurnya

Dari ketinggiian, merendah kembali ke bumi
Untuk jadi hujan dan jatuh lagi menepi kepangkuan ibu yg sejati

Garis masa telah menapaki banyak wujud manusia
Rupa kegetiran dan kebimbangan ;
pikirannya
hatinya
nafsunya
bercampur dikuali magis bumbu dunia

Garisnya bisa saja berliku serupa tepi pantai
Bisa saja melingkar serupa matahari
Atau bisa saja tak berbatas laiknya galaksi

Dari itu semua ada yang serupa,
bagaimana kita membelokkan garis takdir lukisan diri kehidupan
adalah sia-sia ;
kecuali yang setali dua,
doa dan kerja
.
.
.
Curug Ceheng
Mei 2016

--------------------- Semoga puisi ini mampu menyuguhkan makna, 
apapun wujudnya, bagaimanapun ceritanya

Maturnuwun..

Rabu, 07 September 2016

Kita Semesta

Gunung menjadi rumah ruh-ruh jiwa
Awan menjadi atap kehidupan penuh makna
Tanah menjadi tempat jutaan doa bersimpuh
Udara sejuk menjadi tempat aku berteduh

Semesta telag menjadi ruang hening
memapah keluh kesah.
Semesta menjadi ruang pemaaf
anak manusia berselimut dosa dunia.
Dan itu adalah kita ;
anak dari semesta

.
.
Sokaraja
Februari 2016


-------
Semoga puisi ini mampu menyuguhkan makna, 
apapun wujudnya, bagaimanapun ceritanya
Maturnuwun..

* Gambar diambil dari liputan6.com

Sunyi


Potongan Kata #12


Sembilan bulan ini mereka bilang aku tengah mengandungmu. Aku ingin bilang, mereka salah. Kamulah yang mengandungku. Seorang Ibu yang  mengandung anak di rahimnya sesungguhnya sedang berada dalam rahim yang lebih besar lagi. Dalam rahim itu, sang Ibu dibentuk dan ditempa. Embrio kecil itu mengemudikan hati, tubuh dan hidupnya.
.
Terimakasih telah mengandungku ; menempatkanku dalam rimba amniotik di mana aku belajar ulang untuk mengapung bersama hidup, untuk berserah dan menerima apa pun yang kau persembahkan.
.
.
Prosa Rimba Amniotik ||
Dalam "Madre" Kumpulan Cerita ||
oleh Dee Lestari

Potongan Kata #11


Kemudian kunasehati mereka yang ingin jadi guru. "Kalau engkau tidak yakin betul, lepaskan cita-citamu untuk jadi guru itu. Seorang guru adalah kurban-kurban untuk selama-lamanya. Dan kewajibanya terlampau berat-membuka sumber kebajikan yang tersembunyi dalam tubuh anak-anak bangsa.
.
Dan mereka yang tiga orang itu bilang dengan sungguh-sungguh 'Kami bercita-cita jadi guru walau bagaimanapun sukarnya'. Dan aku angguk-anggukkan kepalaku kepada tiga orang itu."
.
.
Teman Bapak - Seorang Guru SMP 18 Tahun  lamanya ; 
Roman "Bukan Pasar Malam"
Karya Pramoedya Ananta Toer

Selasa, 06 September 2016

Kemesraan Laut




Keramahan laut telah menyadarkan daratan
Ia membawa pesan perdamaian
Angin berhembus tak jemu
Membelai mesra tanah pasir bertuan

Laut adalah kesendirian yang tenang
Meneduhkan pelayar kosong jiwa
Sembari mengunggu waktu
Dipanggilnya pulang ke pelabuhan hati
Lama tak bertemu

Surau tepi pantai melihat peraduan
Dua insan tak saling bertemu
Tapi saling memberi keselamatan

Hati bagai daratan dan lautan
Surut dan pasang menjadi keseharian
Rindu bertubi-tubi menggenangi diri

Kemesraan begitu intim
Hanyut dalam kepasrahan sepasang jiwa
Saling jaga diri dalam bumi ciptaan Tuhan
Hingga waktu tiba saling melabuhkan
.
.
.
Sokaraja
Februari 2016

-----------
Semoga puisi ini mampu menyuguhkan makna, 
apapun wujudnya, bagaimanapun ceritanya
Maturnuwun..

* Gambar diambil dari travelblog.com

Daun-daun Halaman

Kering pucat
sedikit basah sisa semalamn diguyur
mereka jatuh berserak
tak tentu arah angin
pasrah dan lemah.

Hijau jelas memudar
raut mukanya memelas
gugur dan bersedih bersimbah pilu
tak tahan malu.

Tanah gulita enggan terima
bergeserlah ia ke utara
membujur bumi
membelakangi selatan lantas menghilang.

Nenek tua tanpa anak
di tepi jalan usang
bagai daun di halaman 
setinggal saja ia diterbangkan.

Dan negara tak peduli
Meski kitab yang bernama undang-undang
Berjanji melindungi
.
.
.
Sokaraja

Februari 2016

-----------
Semoga puisi ini mampu menyuguhkan makna, 
apapun wujudnya, bagaimanapun ceritanya
Maturnuwun..

* Gambar diambil dari old.uniknya.com

Potongan Kata #10



"Sehat itu bukan cuma urusan badan. Dalem sini lebih penting," ia menunjuk dadanya. "Kamu pikir kalo kami ini ndak ngapa-ngapain, diem di rumah terus kayak pajangan, kami jadi lebih sehat ?" lanjutnya.
.
"Disini kami bahagia. Kami bikin sesuatu. Kami ndak jadi pikun. Ngerti ?"
.
.
-Pak Hadi, 80 Tahun, 
dalam Cerpen Madre 
"Madre" Kumpulan Cerita oleh Dee Lestari




Potongan Kata #9



Lasi sering menjumpai kebenaran perkataan emak bahwa memang tak ada pemberian cuma-cuma. Dulu, Lasi tiap hari menerima uang dari Pak Tir karena tiap hari pula Lasi menyerahkan gula kepada tengkulak itu.
.
Tak pernah terbayangkan Pak Tir mau memberikan uang kepadanya tanpa imbalan gula secukupnya. Lasi juga sering menerima sayur bening atau lodeh dari tetangga dan untuk itu lain waktu Lasi akan berbuat sebaliknya sebagai imbalan.
.
Dan kata Eyang Mus , "Hanya pemberian Gusti Allah yang sepenuhnya cuma-cuma karena Gusti Allah ALKIYANU BINAPSIHI, tak memerlukan apapun diluar diri-Nya, bahkan puji-pujian dan pengakuan manusia sekalipun." 
.
.
-Lasiyah, pergolakan batin dalam diri gadis desa-
dalam novel Bekisar Merah
Karya Ahmad Tohari