Selasa, 11 Oktober 2016
Ramadhan Tak Dendam
Bom menyisakan pecahan amarah
Madinah, Istanbul dan banyak tempat lainnya banjir duka dan pertanyaan
Satu bom meninggalkan kepulan jelaga kebencian, tak terelakkan.
Ketakutan pun muncul turut serta
Memasungkan dirinya pada ingatan
manusia yang pintar menaruh prasangka
Tetapi kawan,
Sebulan kita lagi-lagi diajar
Ramadhan tak mewariskan dendam
.
.
.
Jakarta
Juli 2016
-------------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.
Kramatjati Dua Pagi
Mayat ikan-ikan beku tersenyum kepada langit yang sendiri
Kepulan asap polusi memayungi riuh pasar pagi
Pembeli bersaudara saat penjual memasrahkan harga
Tikus-tikus got timbul tenggelam dalam genangan keresahan mereka
Mereka melawan hari,
di hadapan mal yang tinggi menjulang
di tepi jalanan yang macet berduri
Aku bergumam di atas roda dua tua
"Oh tradisional, sampai kapan kiranya kau bertahan ?"
.
.
.
Jakarta
Juli 2016
-------------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.
Senin, 03 Oktober 2016
Minggu, 02 Oktober 2016
Sudahkah Aku Datang
Izinkan aku menerjemahkan butiran air dalam rintik hujan dengan sederhana.
Tak ada kesalahan dalam belaian rintik peluknya kepada bumi
Tanda tanya yang timbul,
menyeruak memisahkan antara harus duka atau suka adalah kata manusia.
Hujan tak berduka pun tak bersuka.
Ia hadir dengan sederhana
Sekedar sejenak merebahkan diri
Tidur pulas sebisanya
Lalu esok pagi ia harus turun kepada muara ; pergi dari ibunya, sang bumi.
Kembali kepada laut lalu terbang di panas yang tepat ; kembali kepada ayahnya, sang langit
Begitulah hujan, sederhana saja
Ia datang karena tak lupa
petualangan adalah jalan untuk menemui jalan pulang
Tak perlu diperdebatkan,
karena kepulangan adalah jawaban atas segala kedatangan.
Waktu mu pulang, waktu ku pun akan datang.
Oh hujan.....,
Oh kepulangan...,
Sudahkah aku datang ?
.
.
.
Purwokerto
Juni 2016
-----------------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.
Tak ada kesalahan dalam belaian rintik peluknya kepada bumi
Tanda tanya yang timbul,
menyeruak memisahkan antara harus duka atau suka adalah kata manusia.
Hujan tak berduka pun tak bersuka.
Ia hadir dengan sederhana
Sekedar sejenak merebahkan diri
Tidur pulas sebisanya
Lalu esok pagi ia harus turun kepada muara ; pergi dari ibunya, sang bumi.
Kembali kepada laut lalu terbang di panas yang tepat ; kembali kepada ayahnya, sang langit
Begitulah hujan, sederhana saja
Ia datang karena tak lupa
petualangan adalah jalan untuk menemui jalan pulang
Tak perlu diperdebatkan,
karena kepulangan adalah jawaban atas segala kedatangan.
Waktu mu pulang, waktu ku pun akan datang.
Oh hujan.....,
Oh kepulangan...,
Sudahkah aku datang ?
.
.
.
Purwokerto
Juni 2016
-----------------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.
Perempuan Disampingku
Kita telah sampai di tempat yang kau mau ;
Tentang hijau yang menjamur
Siul-siul burung di luar sangkar
Rumput kuning, ungu, hitam
Tak berhenti tatapan itu pada satu titik
Loncat memanjat lalu turun dengan merambat
Pandangan itu berjalan-jalan di udara
Menghempaskan tubuhnya
ke bawah jatuhnya cahaya matahari
yang menembus dedaunan dan ranting
Kemudian
adalah aku yang kau biarkan
menjelajahi setiap perkataan yang terucap
Hingga tumpah dalam kata
Karena tak bisa kutanggung
bebannya dalam catatan
lantas ku rakit mereka dalam cerita
Kuberi judul :
Perempuan disampingku adalah cerita tanpa jalan buntu.
.
.
.
Sokaraja
Juli 2016
---------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.
Langganan:
Postingan (Atom)