Minggu, 13 November 2016

Oh Adinda


Oh adinda...
kata-kata mu layaknya hujan
gerimis kepada bumi ;
tak pilih kasih saat menyirami

Oh adinda...
mimpi mu bagai gelegar petir
di sela-sela bait hujan ;
tak segan meneriaki pencibir diri

Oh adinda...
setelah lama-lama hujan mengitari kesepian
pencuri puisi yang iri oleh semesta.
Kepergian mu bagai rintik hujan
di musim yang berganti
membuahkan kemarau panjang sekali lagi

.
.

Sokaraja
Juli 2016



-----------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Kepadamu

Kepadamu yang pernah sekilas
tertangkap oleh mata
dan tak ingin sekalipun dilepas setelahnya.

Izinkan aku mencintaimu
untuk kedua kalinya.

Tidak hanya saat ini,
tapi nanti di kehidupan selanjutnya
Tak perlu muluk 99 bidadari telah sedia
Dan kita tetap menjadi kita, selamanya
.

.

Sokaraja
Juli 2016


---------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Selasa, 11 Oktober 2016

Fitri yang Pergi



Jika kau kenal fitri
maka kau akan mengingatnya
di sepanjang jalan sebelas bulan ini.

Oh fitri,
bisakah kau kembali lagi ?
.
.
.
Jakarta
Juli 2016

-----------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Fitri masih sama




Jalanan masih seperti fitri yang dulu
Koran bekas terserak tak karuan ;
ia datang, lalu ditinggalkan
.
.
.
Jakarta
Juli 2016


-------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Ramadhan Tak Dendam






Bom menyisakan pecahan amarah
Madinah, Istanbul dan banyak tempat lainnya banjir duka dan pertanyaan

Satu bom meninggalkan kepulan jelaga kebencian, tak terelakkan.
Ketakutan pun muncul turut serta
Memasungkan dirinya pada ingatan
manusia yang pintar menaruh prasangka

Tetapi kawan,
Sebulan kita lagi-lagi diajar
Ramadhan tak mewariskan dendam

.
.

.
Jakarta
Juli 2016


-------------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Kramatjati Dua Pagi



Mayat ikan-ikan beku tersenyum kepada langit yang sendiri
Kepulan asap polusi memayungi riuh pasar pagi
Pembeli bersaudara saat penjual memasrahkan harga
Tikus-tikus got timbul tenggelam dalam genangan keresahan mereka

Mereka melawan hari,
di hadapan mal yang tinggi menjulang
di tepi jalanan yang macet berduri
Aku bergumam di atas roda dua tua
"Oh tradisional, sampai kapan kiranya kau bertahan ?"

.
.

.
Jakarta
Juli 2016


-------------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Senin, 03 Oktober 2016

Memilih Puisi


Memilih puisi dalam sehimpunan waktu yang tlah terbuang
Bukan kekeliruan seperti yang dibilang
Apalagi kesia-siaan seperti yang ditertawakan
.
.


Jakarta
Juli 2016


----------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Keliru


Adalah kekeliruan terdalam
Tak melepaskan
dalam sangkar ingatan
.
.

Sokaraja
Juli 2016


------------------

Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Minggu, 02 Oktober 2016

Sudahkah Aku Datang

Izinkan aku menerjemahkan butiran air dalam rintik hujan dengan sederhana.
Tak ada kesalahan dalam belaian rintik peluknya kepada bumi
Tanda tanya yang timbul,
menyeruak memisahkan antara harus duka atau suka adalah kata manusia.

Hujan tak berduka pun tak bersuka.
Ia hadir dengan sederhana
Sekedar sejenak merebahkan diri
Tidur pulas sebisanya
Lalu esok pagi ia harus turun kepada muara ; pergi dari ibunya, sang bumi.
Kembali kepada laut lalu terbang di panas yang tepat ; kembali kepada ayahnya, sang langit

Begitulah hujan, sederhana saja
Ia datang karena tak lupa
petualangan adalah jalan untuk menemui jalan pulang
Tak perlu diperdebatkan,
karena kepulangan adalah jawaban atas segala kedatangan.
Waktu mu pulang, waktu ku pun akan datang.

Oh hujan.....,
Oh kepulangan...,
Sudahkah aku datang ?

.
.

.
Purwokerto
Juni 2016


-----------------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Perempuan Disampingku


Kita telah sampai di tempat yang kau mau ;
Tentang hijau yang menjamur
Siul-siul burung di luar sangkar
Rumput kuning, ungu, hitam

Tak berhenti tatapan itu pada satu titik
Loncat memanjat lalu turun dengan merambat
Pandangan itu berjalan-jalan di udara
Menghempaskan tubuhnya
ke bawah jatuhnya cahaya matahari
yang menembus dedaunan dan ranting

Kemudian
adalah aku yang kau biarkan
menjelajahi setiap perkataan yang terucap
Hingga tumpah dalam kata
Karena tak bisa kutanggung
bebannya dalam catatan
lantas ku rakit mereka dalam cerita

Kuberi judul :
Perempuan disampingku adalah cerita tanpa jalan buntu.
.

.
.

Sokaraja
Juli 2016


---------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Jumat, 30 September 2016

Sunyi


Agaknya,
tak sengaja membuat seseorang terjerembab dalam sunyi dan sendiri.
Telah membuatnya melampaui apa yang amat ditakuti ; mati.

.
.

Sokaraja
Juli 2016


---------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Kamis, 29 September 2016

Mati Di Dalam

Serpihan petualangan tertinggal di kedalaman malam.
Potongan doa-doa ku tersisa di antara bintang-bintang.
Jejak senyuman mu abadi di hitamnya keheningan.
Detik yang terus berjalan, menjauhi diri.
Menjadikan waktu yang berusaha disimpan
kini tak lagi berarti
Bergururan seperti wangi kamboja di kumpulan pusara manusia

Begitulah kesendirian dalam kemerdekaan
Ramai kelihatan,
mati kerontang di dalam.

.
.
Sokaraja
Juli 2016



-----------------

Tebas Menelan

Dedaunan cerah itu tak lagi berguguran
Bunga di akhir pagi kehilangan mekarnya
Dulu, sekedar lebah hitam sudah untung
hendak singgah di tepian beranda.
Esok, setinggal debu dan tanah merah kusam jadi wajah di depan muka.

Rumput hijau ungu tipis memayungi kerikil abu dibabat habis
disantap dengan rakus
Tebasan tangan tak kenal menanam merenggutnya tanpa permisi
tanpa pernah mencari tahu
bagaimana ia ada
melengkapi gagasan
saat senja menutup pintu.

Disampingnya gelaran bambu lenyap tak bersisa
Tercerabut dari akarnya
Lunas menyisakan lubang menganga
Empat sisi penopang tawa hilang dari tanahnya

Belum jelaskah kini kenyataan menampar ketampanan dan kecantikan ragamu itu,
'Mereka yang tak tahu menanam,
Adalah mereka yang paling rakus menelan'
Melihat demikian, masihkah kau diam ?

.
.
Purwokerto
Juni 2016
Nb : tanaman depan sekre selatan seenaknya saja di tebang !

---------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Rabu, 28 September 2016

Jakarta Pagi




Ada yang keliru saat Jakarta tak bersorak
Ada yang salah saat Jakarta tak angkuh
Ada yang marah saat Jakarta tak gemerlap

Ada yang...
sedikit tersenyum saat Jakarta tidur
Kau,
jalanan.
.
.
Jakarta
Juli 2016

---------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.


Belenggu Tafsiran



Ia hebat, itu yang kau tahu
semalaman ia sepi, itu kau tak tahu.
Ia kuat, itu yang kau tahu
saat siang ia ditelan sepi, itu kau tak tahu.
Ia dermawan, itu yang kau tahu
saat pagi ia hitung sepi yang akan datang,
itu kau tak tahu

Hebat itu tafsiran
Kuat itu tafsiran
Dermawan itu tafsiran
Tafsiran itu tafsiran
Tiap mu adalah tafsiran
Tiap ku adalah tafsiran
Sujud adalah tafsiran
Sembahyang adalah tafsiran

Ingat kawan
Jangan berkata macam-macam
Tafsiranmu bukan paling benar
.
.
.
Sokaraja
Agustus 2016


----------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.

Bulan agustus




Aku selalu iri melihat agustus yang gempita
merah berwarna
putih yang mulia

Tapi, bersama itu pula aku heran
aku melihat bulan-bulan dibelakang 
tak ikut banjir gembira.
Lantas aku bertanya, "Kenapa ?"

Mereka terkekeh, 
katanya,
"Lihat saja, 
toh setelah agustus sampai pada akhirnya, ia akan dilupa. 
Merdeka tinggal semboyan. 
Merdeka ditinggalkan di kuburan."
.
.
.
Sokaraja
Agustus 2016

----------------------
Semoga kata-kata tetap tersemai hingga jauh.
Terimakasih telah membaca.