Rabu, 02 Maret 2016

Patung


Apa bisa diriku menjelma jadi manusia lalu bercinta. Merebahkan diri selepas terik mengucurkan keringat di kulit ?.

Telah kulihat begitu saja darah tumpah pada bumi. Pijakanku selama ini beratus-ratus hari. Tempat aku dan kau mencari hidup. Beribu tanaman lalu kau makan dan sisanya kau buang  dan sirna di tengah lautan.

 

Dibawah lintang khatulistiwa aku bertapa menggelengkan kepala. Betapa sedih manusia digempur kemauan harta. Dunia dan segala isinya belumkah puas adanya.

Negeri satu hancur. Dihujani mesiu abu-abu lalu ledakan emosi tak terkendali. Nafsu binatang berada diatas kepala. Menelan hati tempat suci.

Untung bagi takdirku adalah patung. Objek penampakan tanpa nyawa dan diam membuatku perkasa oleh cuaca. Bahagia tak kurasa. Amarah tak ku landa.

Bila saja aku jadi manusia. Apa daya tanggungjawab bisa ku suguhkan. 

Pada anak dan cucuku kelak.

Patung tak beristri dan beranak. Ia hanya sebuah replika dari zaman berharap Tuhan. Hingga Tuhan kini kembali ditiadakan dalam zaman. Oh..., zaman edan...

Sokaraja
Februari 2016

--------------------
Semoga Prosa Ini Bisa Memberikan Arti
Maturnuwun....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari saling bercakap tentang rutinitas semesta milik kita