Selasa, 19 Januari 2016

Cucu Raksasa

Tetangga selatan datang
Seperti biasa Ia menantang
Hari sudah siang
Seperti biasa raksasa masih pincang

Tidak lama lagi
Tetangga utara, timur, barat
Berdada tebal dan besar
Siap menyusui si raksasa pincang

Raksasa pincang belum juga sadar
Cucunya telah tenggelam
Ia berteriak membelalak mata
Kerabat jauh beranjak dari tidurnya

Lewat dinding retak
Kerabat jauh meruncingkan pupil
Semut hitam tak kalah sigap
Ia pun ikut mengibaskan pandang ke cucu raksasa



Buaya sungai telah membenteng di muara
Cucu raksasa masih bersuara lantang
Sayang satu hal yang tidak bisa Ia lakukan
Mengambang dan berenang ke tepi

Si Ikan sungai berteriak
"Percuma saja sahaya
berulang ulang sugesti
tidak mempan menembus pikiranya"

Cucu raksasa tak henti bersuara
Berkokok, melolong, mengaum
Ikan sungai tak kuasa sanggup menahan
Gelombang air terlalu berat

Dedaunan sedih bertitik air mata
Mereka ikut berguguran
Walaupun hutan tak mengijinkan
Dedaunan tetap pergi melayang ke arah cucu

Di istana megah berlian
Raksasa pincang sedang asyik bermain dada
Jangankan peduli akan cucu nya
Mengingat nama aslinya saja segan

-Jakarta Raya-

*Kata-kata yang muncul seketika terlintas, setelah sekedarnya nonton film "raksasa-raksasaan" di salah satu televisi nasional. hehe



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari saling bercakap tentang rutinitas semesta milik kita