Minggu, 01 Mei 2016

Makan siang




Berselimut macam-macam rempah.
Kuah nan merona
merayu lidah.

Gurih nan ayu menunggu dimadu. Manis dan harum berpadu syahdu meramu nafsu. Restoran dipenuhi gelora asmara. Hidangan tersaji bersama lilin yang menari. Serupa sesajen bagi ruh leluhur dan para dewa-dewi.

Tak sabar tangan bergerayang dan meliuk melintasi meja makan.
Memuaskan lapar dan kecewa karena cinta. 

Siang terik menambah panas suasana.
Angin tak bertiup.
Lelaki tua terduduk meringkuk,
di beranda restoran milik paman Jawa.

Santapan telah habis
Pundi-pundi berayun pindah tuan
Tertawa dan bangga membayar semuanya ;
Katanya syukuran kerja

Lalu mereka pergi kepada kuda pribadi
Melangkahi mayat lelaki tua tanpa busana
.
.
.
Sokaraja ;
25 April 
Nb : di seberang pelataran  rumah padang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari saling bercakap tentang rutinitas semesta milik kita