Sabtu, 23 Januari 2016

Kaus Kaki Hijau

Resah rindu menanti cerita
Dari dirimu yang sedang melintas raya
Oh mengapa ini bisa terjadi
Bahasa matematika kita tak cukup mewakili

Minta maafku untukmu selalu
Tubuh lugu milikmu harus ikut berjibaku
Berdesak padat bersama mereka
Sejak subuh hingga malam bercahaya

Bersama kaus kaki hijau
Buah tanganmu dari Wijahan bulan lalu
Masih setia menghangatkan ku di kursi ini
Sayang, andai ku bisa menggerak raga

Dirimu tiada usah pergi tiap waktu
Sekali-kali masih tersesal di dada
Membayang hari itu datang menyambar
Merobek putih hingga ke akar

Masih bersama kaus kaki hijau
Kutunggui kau tiap waktu hingga tiba
Tapi lain rupa hari ini
Separuh malam telah selesai bernyanyi

Belum nampak wajahmu di kaca
Apa mungkin kau bersama dia disana ?
Resah rindu merantai curiga
Apa mungkin kau merebahkan diri disana ?

Kaus kaki hijau tiba tiba menyengat
Kompak dengan itu ia menyindir
Mengapa bisa curiga itu kembali menguat ?
Apa kau hari ini terkena sihir ?

Terkaget aku dihadapnya
Bertanya kedalam rusuk yang rapuh
Ada apa dengan kaus kaki hijau ini ?
Pertama sekali ia muncul mengingatkan

Tak lama menit malam berselang
Dengan masih amat terheran
Si lugu muncul dari balik bayang
Hias wajahnya telah berubah abu-abu

Mendadak terbang malu curiga itu
Terimakasih kaus kaki hijau
Jelas engkau adalah pemberian ikhlas istriku
Kutunggu nasihatmu di malam lain waktu

-Jakarta Raya-

------

*Kepada para istri yang baik hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari saling bercakap tentang rutinitas semesta milik kita