Senin, 25 Januari 2016

Sinar Matamu Anakku

Pagi-pagi sekali,
adzan subuh belum usai.
Kau goncang Ibu lewat cium pipi
lewat untaian senyum merekah tak henti.

Kala subuh,
seperti saat ini
persis masih tertinggal di memori.
Aku teringat
kepergian mendiang kakekmu
lelaki tua penulis dunia
jujur berbalut tipis dosa.

Tak jemu
aku selalu dirayu
bergegas pergi dari mimpi.
Menjawab pagi
dan pergi menantang matahari.

Niat ku mempertemukan kalian sirna
Raganya telah membusuk bersama tanah
Tak sempat kau bisa baca
rendah hatinya.
Bagaimana ia laksana terik tanpa keringat,
hujan tanpa basah
sedih tanpa duka.

Setelah pulang kepada Tuhan,
kakekmu kini kembali hadir
kedalam sinar matamu.
Menyelami hati Ibu 
yang lama tak disentuh lelaki
sejak bapakmu lari.

Purwokerto
22 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari saling bercakap tentang rutinitas semesta milik kita