Senin, 25 Januari 2016

Wajah Di Dinding Sore Ini

Terduduk di kursi kulit
Mengacak-acak kata untuk hidup
Mencuri detik untuk sekedar mampir
Ke waktu dimana foto pernah berdiri

Sambil merangkul teh hijau sore ini
Kuraba kembali wajah di dinding sore ini
Pandang ketusnya masih saja bertamu
Bertanya hey bagaimana kini kabarmu

Menambah harum kisah sore ini
Hujan ikut tampil menaruh wajahnya

Dihadap tamu berjas berdasi yang hadir
Kemeja batikmu tak kalah gagah
Lencana ternyata kau buang jauh
Itulah hari dimana engkau mulai menyihir

Jemari tangan tak lagi kaku
Kaki kuat menancap panggung
Bahagia tak kuasa dibendung
Ucapku kala itu, ialah benar ia suamiku

Ya masih kuingat jelas wajah itu
Meski kini waktunya tlah lampu berlalu

Masih di wajah dinding sore ini
Si kecil riang kau ayun perlahan
Kini kau harus tahu sayang 
Si kecil tlah berhasil menggapai surga

Di hujan sore ini yang pipih
Sudahkah kau bertemu malaikat putih ?
Harapku mereka dan kau istirahat sore ini
Menyantap kopi yang kau amat cintai 

Bagiku wajah di dinding sore ini
Bagiku kenangan tiada pernah terhenti

-Jakarta Raya-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari saling bercakap tentang rutinitas semesta milik kita