.
Judul Buku : Bukan Pasar Malam
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
.
“Dulu kita selalu
senang saja, karena, karena waktu itu kita masih kecil-kecil. Dan kini, Adikku,
kini terasa betul oleh kita, pahit sungguh hidup di dunia ini, bila kita selalu
ingat pada kejahatan orang lain. Tapi untuk kita sendiri, Adikku, bukankah kita
tidak perlu menjahati orang lain ?” [hal 62]
.
Roman Pramoedya
Ananta Toer-Pram-yang satu ini pertama kali terbit jauh dari umur kita-kita
sekarang, tahun 1954. Berlatarbelakang cerita masa revolusi Indonesia seperti
halnya bisa kita lihat pada karya Pram lainya. Alur cerita sederhana Pram suguhkan, dengan
sedikit “meninggalkan” gaya realisme seorang Pram. Meski begitu, tetaplah
mempesona ; sarat makna religuitas ; hasil refleksi diri si tokoh “aku”. Dan
para tokoh lainya, diselimuti lika-liku kehidupan masyarakat Indonesia di awal
kemerdekaan.
.
Tokoh “aku”,
berpulang ke tanah kelahiranya, sebuah desa di Blora-tempat Pram juga
lahir-menjenguk ayahnya. Tokoh ayah, telah dekat dengan kematian karena sakit
yang ia derita. Seorang nasionalis sejati, seorang guru yang
meski harus merelakan dirinya bekerja pada Belanda. Tetap setia pada cita-cita
kemerdekaan Republik, dengan segala konsekuensi yang ada. Dan “aku”, pemuda
yang hidupnya juga berliku, turut serta dalam pasukan Indonesia mempertahankan
kemerdekaan dari Belanda, merasai betul apa yang ayahnya rasakan.
.
Kisah yang dituangkan,
asumsi saya, apa yang ditulis dalam Bukan
Pasar Malam. Sedikit banyak adalah kisah hidup seorang Pram dalam kehidupan
nyata. Seperti beliau pernah sampaikan pada sesi wawancara dengan Kness Snoek
[terbitan Komunitas Bambu]. Bahwa ayahnya adalah seorang guru HIS-sekolah
Belanda-, kemudian beralih menjadi guru
sekolah pergerakan Budi Utomo dan juga seorang pemimpin Partai Nasional
Indonesia.
.
Dan Pram sendiri, juga pernah terlibat dalam mempertahankan kemerdekaan
dari aksi polisionil Belanda. Beruntunglah kita, hingga hari ini beberapa karya
Pram bisa kita baca, karena tidak sedikit juga telah dirampas, baik oleh
Belanda maupun rezim Orde Baru. Selamat membaca karya sastrawan besar
Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.
.
.
Mari membaca, selamat membaca !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari saling bercakap tentang rutinitas semesta milik kita