.
Judul : Perempuan Bernama Arjuna
; Filsafat dalam Fiksi
Penulis : Remy Sylado
Penerbit : Nuansa Cendekia
.
.
“Namun,
dari kata-kata yang tidak saya mengerti keluar dari mulut manusia, saya yakin
adanya makna di dalamnya, dan dengan begitu saya terus belajar lebih dalam,
memahami apa hubungan bahasa dengan filsafat yang selama itu sudah saya
pelajari,” (Hal 11)
Sebuah
novel dengan stempel cover ‘bukan bacaan
ringan’ telah nampak menjelaskan dirinya
sejak dari halaman pertama. Menceritakan seorang mahasiswi asal Indonesia
dengan latar belakang kebhinekaan-ayah Tionghoa, ibu Jawa-menjalani studi
filsafat di Belanda. Membawa pembaca masuk menelusuri jejak-jejak pemikiran
para filsuf dari era Yunani kuno, awal dan setelah tarikh masehi, hingga sampai
pada abad 20.
.
Setiap
dari mereka, oleh Arjuna- si mahasiswi, tokoh utama-beserta teman-teman satu
kelas dan dosen. Dikenalkan karya-karya besarnya, latarbelakang pemikiran,
sampai kehidupan pribadi beberapa filsuf. Tidak berlebihan kiranya, jika buku
ini mendapat label ‘pengantar ilmu
filsafat bagi awam’. Oleh karenanya, bagi pembaca-anak muda khususnya-jangan
dulu ambil pusing. Seperti halnya karya fiksi, pun buku ini demikian.
.
Penulis,
seorang seniman tulen, dikenal luas oleh khalayak, Remy Sylado-nama asli Yapi
Tambayong- menyelipkan beragam bahasa khas-etnik dan negara lain, menjadikan
buku begitu segar. Diskusi tentang Tuhan, perdebatan arif cendekia, multi
budaya, romantisme, dan seks digodok oleh penulis lewat ciamiknya penuturan
kata-kalimat-tulisan sebuah cerita menjadi berwarna-warni. Selamat membaca
karya fiksi bermutu.
.
“Menerangkan cinta dalam pengetahuan apologia
agaknya bisa di bilang jelimet, sebab ini terlalu muluk untuk disebut makrifat,
tapi juga terlalu sepele untuk disebut rasam. Padahal cinta itu suatu keindahan
yang tiada terperi. Tidak ada persamaan arti, baik dalam nomina, adjektiva,
maupun adverbia, yang melebihi keindahan cinta-karenanya harus diucapkan dengan
tulus, dengan jujur, dengan bebas, lewat jalinan subjek-predikat-objek. Bahwa
dalam “aku cinta kau” niscaya ada “kau cinta aku”. (Hal 206)
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari saling bercakap tentang rutinitas semesta milik kita