Jumat, 29 Januari 2016

Merdeka Dalam Bercanda [Referensi Buku]



Tawa Merdeka Bagi Semua

Alternatif menikmati canda yang semakin populer dan menggaung di Indonesia ialah stand-up comedy. Di salah satu stasiun televisi nasional, ajang pencarian bakat stand-up comedian menjadi isu hangat yang henti dibahas. Tidak mengherankan bernapas panjang hingga tahun pelaksanaanya yang kelima dan berhasil menambah ragam bibit comic- sebutan bagi seorang pembawa komedi stand-up- di Indonesia. Salah satu sukses yang kentara bagaimana film “Comic 8” dengan sebagian besar talent merupakan stand-up comedian sukses di pasar nasional. Belum lagi jika melihat bagaimana seringnya stand-up comedy hadir di acara off air macam konser musik atau pentas seni lainya.

Hal yang penting dan perlu dicatat bahwa komedi hadir untuk membuat tertawa dan bahagia. Termasuk mengobati luka lama yang perlahan bisa disembuhkan karena hadirnya komedi. Sangat menarik bagaimana stand-up comedy tidak melulu tentang melucu. Tapi bagaimana komedi stand-up coba mengutarakan keresahan, mengamati kehidupan sosial lingkungan disekitar. Dan kemudian disajikan lewat canda yang menggugah selera tawa. Indonesia yang tahun ini akan merayakan tahun proklamasi 1945 yang ke-70 puluh kalinya. Masih disemuliti awan hitam akan sejarah bangsa yang kelam namun masih sangsi untuk diperbincangkan.

Amerika Serikat negara yang berhadapan amat lama dengan isu rasial antara si putih dan si hitam. Mencoba untuk bangkit dan menyembuhkan luka lewat peran komedi stand-up dan tentu para comic-nya. Tidak segan-segan membawanya kedalam komedi stand-up sehingga sadar bahwa kemerdekaan ialah milik semua, termasuk dalam canda dan tertawa. Kebebasan berekspresi dengan bertanggungjawab membawa arus positif bagi perubahan ke arah yang lebih baik.

Semisal di Amerika punya Chris Rock yang terkenal karena semangat perbaikan akan isu rasisme yang kental. Indonesia misal punya Ernest Prakasa dengan banyak bit tentang kehidupan etnis Tionghoa dan perlakuan yang diterima di Indonesia. Toh akhirnya semuanya tertawa, karena Warkop DKI pernah berpesan “tertawalah sebelum tertawa itu dilarang”. Ingat bahwa ketika itu di zaman orde baru yang represif, tayangan komedi dan kesenian lainya. Apabila menyinggung negara dengan tingkah para pejabatnya, pasti akan dilarang.

Senjata Ampuh di Indonesia

Sekilas cerita diatas dipaparkan apik oleh Pandji Pragiwaksono di Merdeka Dalam Bercanda. Cukup menguak akan pentingnya komedi dalam menguapkan luka yang benar-benar pernah terjadi. Namun sulit untuk diungkap ke permukaan karena problema ini-itu. Kebenaran yang menyakitkan itu dibawa oleh komedi canda dan jenaka sehingga harapanya agar permanen terhapus. Dan Indonesia dengan keberagaman masyarakatnya, terkait isu SARA yang masih abu-abu pantas untuk segera berbenah diri dan membuka pikiranya, lewat asyik-nya komedi.

Merdeka Dalam Bercanda menawarkan jurus-jurus ampuh lewat catatan dan pengamatan pribadi si penulis. Bagi kalian yang berminat untuk menjadi komika, buku ini layak dijadikan tesis penuh poin-poin praktis untuk dipraktekkan. Tidak lupa juga tentang “sejarah” stand-up comedy yang bukan apa-apa menjadi luar biasa di kunyah oleh masyarakat Indonesia. Kunci yang tidak henti disuguhkan oleh penulis ialah “mari perjuangkan” dan “susah, tapi pasti bisa”. Kerja keras akan menawarkan kesuksesan, dalam bidang apapun termasuk stand-up comedy di Indonesia lewat peran-peran orang disekelilingnya.


Akhirnya, sebuah kemerdekaan memanglah milik semua manusia di dunia. Termasuk kemerdekaan dalam bercanda dan tertawa lepas bahagia. Tan Malaka, sosok manusia Indonesia yang pernah lahir, dibuang dan dipenjarakan namun tetap mencintai bangsanya. Pun mengatakan bahwa kemerdekaan haruslah 100% bagi bangsa Indonesia. Tidak terjajah oleh siapapun dan perasaan apapun. Layaknya bernyanyi, komedi bisa hadir sebagai bentuk irama atas kegalauan, kegundahan dan kesedihan mendalam. Namun tetap pada porosnya untuk membuat tawa merdeka, tawa bagi sendiri dan orang lain. Atau seperti yang Pandji bilang, terkadang kita butuh tertawa agar tidak terus-menerus menangis. Semoga komedi bisa jadi senjata ampuh untuk melemparkan kritik di Indonesia. Aminn.

Buku      :Merdeka Dalam Bercanda
Penulis   :Pandji Pragiwaksono
Penerbit  :Bentang Media
Cetakan  :Kedua, Juni 2012

*Tulisan ini pernah di-posting oleh laman husbandrynews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari saling bercakap tentang rutinitas semesta milik kita